Yang Terbaik, Bukan Datang Sembarang
Disudut ruang dekat pintu kamar aku duduk sendiri. Merasakan keheningan malam, kesepian, dan kehampaan yg melanda diriku. Aku tak tau pasti, entah kapan aku merasakannya. Yang ku tau jika rasa itu datang sakitnya menusuk tajam seperti pisau *perih dan teramat sangat sakit. Tak ada pelampiasan, tak ada minum, pun tidak ada rok*k seperti biasa untuk mengobati rasa sakit ini bila datang. Ingin ku berteriak, tetapi keheningan ini seakan akan membungkam mulut ku. Ingin ku hantam kaca jendela, tetapi tubuhku terlalu lemah untuk bergerak, apalagi menghantam kaca.
Andai aku memiliki seorang sahabat/ kekasih yg bisa mendengar keluh kesahku, yang bisa menjadi penyanggaku ketika aku terjatuh, yang bisa tertawa saat aku bahagia. Mungkin bisa membantu meringankan bebanku atau bahkan hilang. Pernah diriku bertanya dalam hati "melupakan atau mencintai tanpa di cintai?". Sepintas aku berfikir, jika aku mencintainy mungkin aku terlalu berharap, tetapi jika aku melupakanmu dan melihatmu bahagia dengan orang lain, apakah hati ini rela?.
Pernah aku berfikir, ingin menjadi seekor merpati, terbang bebas bersama pasangannya. Terbang berlabuh bersama, meski pasangannya jauh disana, tapi dia akan selalu setia menunggu dan dia tidak akan mencari pasangan baru, kecuali pasangan lama nya meninggal. Sudah nyaris 2 jam aku disini, dan aku tak tau sampai kapan aku disini. Tak ada rasa lapar, tak ada rasa haus, tak ingin buang angin, apalagi bab. Yang aku inginkan hanyalah duduk sendiri, tanpa ada seorang yang menggangguku.
Sejenak aku berdiri dan melihat langit di jendela kamar. Sempat aku rasakan hembusan angin yang coba menggoyahkan aku dengan kedinginannya. Namun, tubuhku mencoba untuk selalu tegar berdiri. Menatap langit, berharap satu bintang memancarkan cahayanya untuk menghiburku. Memberi pengertian bahwa aku masih disini, menunggu dan menanti hingga sisa nafas terakhir berhembus. Tak peduli dia akan datang kapan, aku akan tetap setia menunggunya di penghujung waktuku. Terdengar hembusan angin yang membuat daun daun menarii dengan indahnya dan menertawakan kebodohanku, mencintai seseorang perempuan, yang belum tentu juga mencintaiku. Kembali ku menatap langit yang gelap tapi bercahaya. Ku berharap dalam hati bahwa langit itu akan terpenuhi oleh cahaya cahaya pendar yang bisa menggambarkan bagaimana ketulusan cinta yang kumiliki saat ini. "Tuhan hanya satu pintaku, jagalah saat aku jauh dari sisinya" doaku dalam hati.
Tapi akhirnya ku memilih satu harapan untuk dijalani, satu harapan yang tersisa di hidupku. Aku sadar mencintainya bisa membuatku terluka. Tapi aku percaya cinta yang kumiliki bisa membuatku bahagia. Walau tak akan pernah bisa memiliki raga nya, tetapi setidaknya aku bisa memiliki bayangannya untuk dicintai. Mengenalnya berarti mengenalkanku pada cinta, mencintainya adalah bahagia untukku, menyapanya berarti cinta telah menyapaku, menyimpan wajahnya berarti membawa cinta kedalam hidupku, dan melupakannya adalah hal yang tersulit bagiku. Akhirnya aku memilih untuk melupakanmu saja, walau hati ini tak rela. Aku tau, Tuhan maha Adil, mungkin Tuhan menyembunyikan kebahagiaanku dibalik kesedihanku dan tuhan akan memberikan yang terbaik buatku. Aku tau, bahwa yang terbaik bukan datang sembarang.
Yang dipilih yang dijalani,
yang sakit dihatimu, biarkanlah pergi,
jika bukan sekarang mungkin terjadi nanti,
yang terbaik bukan datang sembarang...
Krisdana Bintang
Andai aku memiliki seorang sahabat/ kekasih yg bisa mendengar keluh kesahku, yang bisa menjadi penyanggaku ketika aku terjatuh, yang bisa tertawa saat aku bahagia. Mungkin bisa membantu meringankan bebanku atau bahkan hilang. Pernah diriku bertanya dalam hati "melupakan atau mencintai tanpa di cintai?". Sepintas aku berfikir, jika aku mencintainy mungkin aku terlalu berharap, tetapi jika aku melupakanmu dan melihatmu bahagia dengan orang lain, apakah hati ini rela?.
Pernah aku berfikir, ingin menjadi seekor merpati, terbang bebas bersama pasangannya. Terbang berlabuh bersama, meski pasangannya jauh disana, tapi dia akan selalu setia menunggu dan dia tidak akan mencari pasangan baru, kecuali pasangan lama nya meninggal. Sudah nyaris 2 jam aku disini, dan aku tak tau sampai kapan aku disini. Tak ada rasa lapar, tak ada rasa haus, tak ingin buang angin, apalagi bab. Yang aku inginkan hanyalah duduk sendiri, tanpa ada seorang yang menggangguku.
Sejenak aku berdiri dan melihat langit di jendela kamar. Sempat aku rasakan hembusan angin yang coba menggoyahkan aku dengan kedinginannya. Namun, tubuhku mencoba untuk selalu tegar berdiri. Menatap langit, berharap satu bintang memancarkan cahayanya untuk menghiburku. Memberi pengertian bahwa aku masih disini, menunggu dan menanti hingga sisa nafas terakhir berhembus. Tak peduli dia akan datang kapan, aku akan tetap setia menunggunya di penghujung waktuku. Terdengar hembusan angin yang membuat daun daun menarii dengan indahnya dan menertawakan kebodohanku, mencintai seseorang perempuan, yang belum tentu juga mencintaiku. Kembali ku menatap langit yang gelap tapi bercahaya. Ku berharap dalam hati bahwa langit itu akan terpenuhi oleh cahaya cahaya pendar yang bisa menggambarkan bagaimana ketulusan cinta yang kumiliki saat ini. "Tuhan hanya satu pintaku, jagalah saat aku jauh dari sisinya" doaku dalam hati.
Tapi akhirnya ku memilih satu harapan untuk dijalani, satu harapan yang tersisa di hidupku. Aku sadar mencintainya bisa membuatku terluka. Tapi aku percaya cinta yang kumiliki bisa membuatku bahagia. Walau tak akan pernah bisa memiliki raga nya, tetapi setidaknya aku bisa memiliki bayangannya untuk dicintai. Mengenalnya berarti mengenalkanku pada cinta, mencintainya adalah bahagia untukku, menyapanya berarti cinta telah menyapaku, menyimpan wajahnya berarti membawa cinta kedalam hidupku, dan melupakannya adalah hal yang tersulit bagiku. Akhirnya aku memilih untuk melupakanmu saja, walau hati ini tak rela. Aku tau, Tuhan maha Adil, mungkin Tuhan menyembunyikan kebahagiaanku dibalik kesedihanku dan tuhan akan memberikan yang terbaik buatku. Aku tau, bahwa yang terbaik bukan datang sembarang.
Yang dipilih yang dijalani,
yang sakit dihatimu, biarkanlah pergi,
jika bukan sekarang mungkin terjadi nanti,
yang terbaik bukan datang sembarang...
Krisdana Bintang
Komentar
Posting Komentar